Kamis, 07 November 2013


Ravi Murdianto. (TEMPO/Seto Wardhana)


Ditulis oleh: Sirajudin Hasbi

Sepak bola dimainkan oleh sebelas pemain. Setiap pemain memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Walaupun begitu pemain yang berposisi sebagai penyerang maupun gelandang serang yang kerap mencetak gol dan menciptakan peluang lebih dikenal oleh publik. Pencetak gol umumnya lebih dikenang sebagai pahlawan dibanding lainnya.

Tetapi, jika laga harus diakhiri dengan adu penalti, maka penjaga gawang bisa muncul sebagai pahlawan utama. Itulah yang dialami oleh Ravi Murdianto di timnas U-19.

Ravi tidak begitu dikenal oleh publik sampai akhirnya dia menjadi pahlawan di laga final Piala AFF U-19. Dia bermain sejak pertandingan pertama tetapi sebagai kiper tapi dia kalah populer dibanding pemain lain seperti Evan Dimas dan Ilham Udin Armayin.

Menahan tiga tendangan penalti Vietnam di laga final yang membuat Indonesia memenangkan adu penalti 7-6 membuatnya disebut sebagai pahlawan. Tanpa kerja kerasnya, timnas U-19 tidak akan pernah menjuarai Piala AFF U-19. Namun, Ravi enggan disebut sebagai pahlawan. Dia merasa semua pemain punya peran yang sama besarnya terhadap kemenangan Indonesia. Sosok pemuda yang rendah hati di tengah prestasi gemilang yang sudah diraihnya.

Tenang Dalam Mematahkan Serangan Lawan

Sikap rendah hati Ravi ini tidak hanya ditunjukkan dalam perkataan melainkan juga dalam perbuatan. Setelah Piala AFF U-19, Ravi bersama rekan-rekannya bertarung di ajang Pra Piala Asia (PPA) U-19 di Jakarta. Targetnya jelas, Indonesia harus menjadi juara grup untuk lolos ke putaran final Piala Asia U-19 2014 di Myanmar.

Dua lawan awal, Laos dan Filipina rasanya mudah dihadapi. Hanya saja Korea Selatan (Korsel) bisa menjadi ganjalan di partai terakhir.

Saat laga Laos, timnas U-19 berhasil memenangi pertandingan dengan skor 4-0. Kemudian timnas kembali berhasil mengalahkan Filipina 2-0. Di kedua laga ini Ravi tidak terlalu bekerja keras lantaran timnya jarang diserang. Walaupun Laos bisa melepaskan lima tendangan ke arah gawang, tidak ada tendangan yang benar-benar membahayakan. Ravi dengan tenang bisa mengamankan gawangnya.

Begitu pula ketika jumpa Filipina. Ravi kembali berhasil menjaga gawangnya tetap perawan. Filipina yang bertahan total bahkan hanya mampu melepaskan satu tembakan ke arah gawang yang tentu saja bisa diamankan oleh Ravi.

Saat pertandingan melawan Korsel baru gawang Ravi kebobolan. Dua kali. Walaupun bisa dibilang bermain bagus di pertandingan ini, Ravi tak kuasa menjaga gawangnya tetap perawan. Dan bisa dibilang dua gol wajar terjadi.

Gol pertama Korsel dihasilkan melalui titik penalti. Meski Ravi sudah biasa menghadapi tendangan penalti, peluang seperti ini sulit digagalkan. Sementara gol kedua berawal dari situasi tendangan bebas yang memang menjadi spesialisasi Korsel.

Di luar kedua gol itu Ravi tampil nyaris sempurna. Menggagalkan satu tembakan jarak dekat dari pemain Korsel. Menghalau umpan-umpan silang dan sepak pojok yang menjadi keahlian Korsel.

Kunci Ravi dalam Piala AFF U-19 maupun PPA U-19 adalah fokus dan konsentrasi. Dia benar-benar memperhatikan pesan dari pelatih kiper, Jarot Supriyadi. Dan tentunya mental Ravi yang sudah cukup bagus berkat gemblengan pelatih mental, Guntur Utomo. Tanpa mental yang baik ketika diserang terus-menerus konsentrasi bisa hilang. Mental sangat penting juga saat menghadapi adu penalti.

Berkat ketenangannya, Ravi berhasil mematahkan serangan-serangan lawan. Ravi rasanya memang layak menjadi kiper utama timnas U-19 dan jika dia bisa meningkatkan performanya bukan tidak mungkin di tahun-tahun mendatang dirinya bisa menjadi pilihan utama untuk posisi kiper timnas U-23 dan timnas senior.

Jalan Berliku Menjadi Kiper Utama Tim Nasional

Pemuda kelahiran Grobogan, Jawa Tengah, 8 Januari 1995 ini tidak merintis karirnya dengan mudah. Putra pasangan Heri Supriyanto dan Murminah ini tidak berasal dari keluarga berada. Heri Supriyanto yang kini menjadi sopir di PLN Tegowanu dulunya merupakan pemungut botol yang berjalan dari satu kampung ke kampung lainnya.

Cerita kesulitan membeli sepatu dan lainnya sudah biasa dihadapi oleh Ravi sekeluarga. Tetapi, kedua orang tuanya benar-benar memberi dukungan yang luar biasa baginya untuk mengembangkan karir.

Ravi memulai latihan bola sedari kecil ketika masih kelas dua SD, Ravi masuk ke SSB Putra Bersemi Grobogan. Awalnya dia ingin menjadi penyerang. Tetapi saat kelas 4 SD, dia pindah posisi menjadi kiper dengan alasan tingginya di atas rata-rata pemain lainnya. Ravi pun kini tingginya menjulang 183cm, postur yang cocok untuk penjaga gawang.

Saat kelas enam SD, untuk mengembangkan bakatnya Ravi pindah ke SSB Tugu Muda Semarang, yang biasa berlatih di stadion Sidodadi. Kepindahan ini bagus untuknya tetapi juga menyulitkan lantaran jarak antara rumahnya di Tegowanu, Grobogan sangat jauh dari Semarang, lokasi latihan SSB Tugu Muda. Dia biasa menempuh dengan bus dan sesekali diantar oleh ayahnya, tentunya dengan sepeda motor yang penuh dengan karung botol di sisi kanan dan kirinya.

Pernah suatu ketika karena pulang latihan terlalu sore, Ravi tidak mendapat bus. Akhirnya dia memutuskan untuk berjalan kaki padahal jaraknya 20 km. Tentunya hingga jam 9 malam dia belum sampai rumah yang membuat keluarganya khawatir. Ayahnya lalu menjemputnya tetapi tidak ketemu. Setelah mencari akhirnya Ravi ditemukan sedang beristirahat di masjid Mranggen. Perjuangan yang sangat berat untuk seorang pelajar SMP demi meraih cita-citanya.

Berkat kedisiplinan latihan, kemampuan Ravi meningkat pesat. Dia kemudian berhasil lolos tes masuk Pusat Pendidikan Pelatihan Pelajar (PPLP) Salatiga atau yang lebih dikenal dengan nama Diklat Salatiga. Tempat yang sangat bagus untuk menempa bakat-bakat muda. Kurniawan Dwi Yulianto, Gendut Dony, Bambang Pamungkas, hingga Gunawan Dwi Cahyo merupakan hasil didikan Diklat Salatiga.

Masuk Diklat Salatiga alhasil membuat Ravi pindah sekolah ke Salatiga. Keluarganya bahkan harus menjual sebidang tanah untuk membiayai kepindahan sekolah Ravi. Tapi itu semua dilakukan dengan ikhlas dan ketulusan orang tuanya. Dan terbukti berdampak positif bagi Ravi.

Dua tahun di Diklat Salatiga, Ravi pindah ke Diklat Ragunan. Saat itu dirinya kelas dua SMA. Pindah ke Diklat Ragunan membuat karirnya meningkat. Dia kemudian dipanggil membela timnas U-17 dimana dia berhasil membantu timnya menjuarai HKFA U-17 di Hongkong. Dia pun lalu reguler masuk ke timnas U-18 kemudian ke timnas U-19. Saat membela timnas U-18 ini Ravi berhasil meraih prestasi peringkat kelima dalam turnamen pelajar Asia yang diselenggarakan di Iran.

Ravi pun kemudian membela timnas U-19 yang menjuarai Piala AFF U-19 dan lolos ke Piala Asia U-19. Di dua turnamen ini Ravi selalu menjadi pilihan utama menyisihkan Rully Desrian dan Awal Setho Raharjo yang harus lebih sering duduk di bangku pemain cadangan.

Tetap Disiplin dan Terus Bekerja Keras

Perjuangan dan pengorbanan Ravi serta keluarganya membuahkan hasil yang luar biasa. Ravi tidak hanya membanggakan orang tuanya tetapi juga seluruh rakyat Indonesia berkat penampilan gemilangnya.

Pemain yang terdaftar sebagai pemain Perserang Serang ini tetap rendah hati meski sudah bergelimang prestasi. Ketika pulang ke rumahnya, dia tetap membantu ibunya di warung makan kecil untuk sekadar mencuci piring. Dia tidak malu melakukannya karena berkat warung itu pula dia bisa menjadi seperti sekarang ini.

Ke depan, pengagum Gianluigi Buffon dan Ferry Rotinsulu harus bisa menjaga fokusnya untuk bermain sepak bola. Jalan masih panjang. Masih ada banyak hal yang perlu ditingkatkan seperti kemampuan mengatur pertahanan yang memang perlu dimiliki oleh seorang kiper. Sistem promosi dan degradasi di timnas U-19 bagus untuk memacunya agar terus berlatih dengan keras. Jika menyepelekan latihan, bisa saja Ravi dicoret. Jadi, tetap semangat Ravi, tetaplah disiplin berlatih agar kelak engkau bisa terus bisa menjadi benteng penjaga kejayaan Garuda.

0 comments:

Blog Archive

About Me

Foto Saya
annisa
hidup adalah satu mangkuk penuh buah cherry. ada yang manis,ada yang kecut, ada yang hampir busuk. maka kita akan selalu untung-untungan dalam mencomot buah cherry itu. kata orang di amerika sana
Lihat profil lengkapku

Blog Archive

Share

Share

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail